Minggu, 27 November 2016

DAMPAK PANJANGNYA JEMBATAN BUSWAY DI SEMANGGI


Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia dikenal dengan kepadatannya, baik dalam hal kependudukan ataupun padat karena kendaraan atau disebut juga kemacetan. Kemacetan telah menjadi image yang melekat untuk Jakarta, bukan hanya pengendara kendaraan yang terkena imbas tetapi juga para pejalan kaki, hal tersebut karena terjadinya kemacetan maka banyak pengendara khususnya roda dua menggunakan trotoar sebagai akses jalan. Untuk mengatasi masalah kemacetan tersebut pemerintah sedang gencar dengan perkembangan fasilitas umum seperti Bus Transjakarta. Ini dibuat bertujuan untuk mengurangi macet di Jakarta karena Bus Transjakarta memiliki rute sendiri di jalan sehingga dapat menarik minat para pengguna kendaraan pribadi. 

Jalan menuju Halte Busway biasanya menyatu dengan jembatan penyeberangan orang . Namun, faktanya kebanyakan yang menggunakan jembatan penyeberangan adalah pengguna busway dan pejalan kaki bisanya menyeberang secara sembarangan asalkan ada jalan. Tentunya itu akan membahayakan pejalan kaki yang ingin menyeberang karena dapat menyebabkan kecelakaan. Oleh karena itu, Jembatan Penyeberangan Orang atau yang disebut juga JPO tentu sangat membantu para pejalan kaki untuk menyeberang jalan di padatnya lalu lintas khususnya di Ibu Kota. Selain itu, jembatan tersebut juga dapat mengurangi angka kecelakaan karena pejalan kaki tidak perlu khawatir akan adanya kendaraan yang akan melintas. 

Namun, bagaimana bila jembatan yang seharusnya dapat digunakan karena lebih aman malah menyulitkan pejalan kaki, misalnya lebih memakan waktu lebih lama dan tempat penyebrangan yang terlalu jauh dari tempat tujuan. Nah, untuk kasus ini saya mengambil salah satu jembatan untuk pengguna transjakarta yang ada di daerah Semanggi, Jakarta Selatan. Jembatan ini membentang sepanjang Plaza Semanggi hingga Halte Benhil (Bendungan Hilir), panjang jembatan ini kurang lebih 500 meter, ini tentunya menguras tenaga untuk menggunakan jembatan ini. Jembatan Penyeberangan di Semanggi ini digunakan untuk pengguna bus Transjakarta yang ingin transit ke koridor IX (Pluit - Pinang Ranti) dan koridor I (Blok M - Kota). Diketahui jembatan ini dibuat oleh Pemprov DKI untuk membuat penguna jembatan (khususnya masyarakat Jakarta) berolahraga.


(Menuju Halte Busway Benhil)


(Jembatan ke arah ke Halte Semanggi)

(Jembatan Penyeberangan di Semanggi)

Dari hasil survei, beberapa pengguna jembatan menaggapi dengan positif dengan adanya jembatan ini, namun tak banyak pula yang berkomentar negatif. Salah satu pengguna jembatan Cuyo (35) menyatakan, “Lewat Jembatan Semanggi memang cukup menguras tenaga karena jauhnya dari satu koridor ke koridor lainnya, apalagi saat pulang kerja sudah lelah ditambah harus jalan jauh ke koridor lainnya”. Selain itu Hasep (28) menyatakan, “Emang bikin cape tapi sekalian olahraga dan buat sehat juga”. Nuri (24) menyatakan, “Dari jembatan busway yang lain emang yang paling panjang saya lewati ya jembatan Behil-Semanggi, bikin ngos-ngosan apalagi kalo lagi buru-buru”. Salah satu mahasiswa yang berkuliah di Atma Jaya, Fadia (19) menyatakan, “Saya kuliah di Atma Jaya jadi tiap hari turun di Semanggi-Benhil, saya lari-larian untuk ke ngejar kelas soalnya jauh untuk turunnya".

Dari tanggapan pengguna diatas dapat diketahui bahwa banyak pengguna jembatan  busway di Semanggi yang merasakan lelah atau cape untuk menuju ke koridor lainnya atau turun dari Jembatan Semanggi, serta harus mengejar waktu untuk sampai tempat tujuan. Namun, jika dilihat dari segi positifnya para pengguna dapat sekalian berolahraga saat ingin berpergian, sesuai dengan tujuan dibangunnya Jembatan BuswaySemanggi.